Rabu, 11 Januari 2012

makalah


POTENSI BISNIS BUDIDAYA SIRSAK

HitamPutih.jpg

Oleh :
VITA PURWANING HAPSARI
11/318120/PN/12431


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
A. Latar Belakang
Permintaan konsumen terhadap buah di dalam negeri maupun di luar negeri cenderung meningkat karena kesadaran mereka akan nilai gizi dari buah – buahan. Peluang ini menunjukkan bahwa potensi agribisnis dan agroindustri buah – buahan cukup cerah. Salah satunya peluang bisnis ada di buah sirsak. Sirsak sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat Indonesia. Mereka menanam sirsak campuran dengan tanaman jenis lain di pekarangan atau di lahan tegalan,
Di Malaysia, Thailand, dan Australia, buah sirsak dibudidayakan secara komersial berorientasi agribisnis. Sirsak di Indonesia juga bisa mempunyai peluang bisnis yang sama dengan negara – negara asing apabila dikelola dengan baik dengan sistem budidaya berpola agribisnis dan agroindustri.
B. Permasalahan
            Penanaman sirsak di Indonesia tanpa pemeliharaan yang cukup. Oleh sebab itu, buah sirsak yang dihasilkan kualitasnya kurang baik, sehingga kurang menarik minat konsumen di dalam negeri maupun luar negeri. Dalam budidaya sirsak juga ada faktor penghambat kualitas produksi buah sirsak. Salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penanganan terhadap serangan ini harus serius agar sistem budidaya berpola agribisnis dan agroindistri buah sirsak berjalan baik. Sirsak yang dihasilkan juga bisa memenuhi permintaan pasar, yaitu bermutu tinggi dan ukuran seragam,
C. Isi
1.      Pengenalan Tanaman Sirsak
            Sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun apabila air dalam tanah mencukupi pertumbuhannya. Tanaman sirsak berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropis, terutama kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman sirsak mulai ada di kawasan Benua Asia,  di antaranya Malaysia, Thailand, dan Indonesia sejak awal abad XIX (Radi, 1998).
Buah sirsak berukuran relatif  besar dan berbentuk jantung, bundar, atau lonjong dengan kulit memiliki duri sisik halus. Sirsak berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Apabila telah tua buah berwarna putih, lembek dan berserat dengan banyak biji berwarna cokelat kehitaman.
Buah sirsak mengandung banyak serat dan vitamin. Tiap butir sirsak mengandung 67,5% daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit buah, 8,5% biji, dan 4% hati atau empulur. Selain mengandung vitamin A, B, dan C, kandungan lainnya adalah sukrosa, dextrosa, dan levulosa (Radi, 1998).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sirsak diantaranya, udara, kelembapan, dan sinar matahari. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi mencapai 1.000 m dari permukaan laut. Adapun jenis tanah yang bagus untuk pertumbuhan sirsak agar hasilnya optimal, diantaranya jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Aluvial, Andosol, dan Grumosol (Radi, 1998).
2.      Hama dan Penyakit Tanaman Sirsak
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan kualitas buah sirsak. Hama yang sering menyerang tanaman sirsak diantaranya, Lalat Buah (Bactrocera dossalis), Ulat Penggerek Buah, Ulat Atlas, Ulat Penggerek Batang, Teritip (Aspidiotus destrustor), Kokaya (Dysmicoccus brevipes), Rayap, Kutu Sisik Putih, dan hama lain. Semut, Kelelawar, dan Tupai juga menjadi faktor penghambat (Pracaya, 1993).
Penyakit yang sering menyerang tanaman sirsak adalah mati cabang dan ranting, antraknose, bercak daun, jamur upas, buah busuk, hawar benang, karat daun, busuk akar, dan embun jelaga (Pracaya, 1993).
3.      Pengolahan Buah Sirsak
Buah Sirsak selain dalam bentuk buah segar, dapat dimanfaatkan menjadi bahan olahan lain yang memiliki nilai tambah lebih besar. Jenis hasil olahan sirsak antara lain dodol sirsak, selai sirsak, sirup sirsak, manisan sirsak, anggur sirsak, dan bisa juga untuk obat – obatan (Rukmana dan Yuyun, 2001).
4.      Prospek Agribisnis Sirsak
Tiap tahun permintaan  buah terus meningkat karena FAO merekomendasikan konsumsi buah ideal per kapita sebanyak 60kg (Radi, 1998). Prospek sirsak saat ini cukup baik untuk pasaran lokal dan Internasional. Sirsak tidak hanya menjadi makanan segar, namun telah diolah menjadi bahan industri yang memiliki nilai tambah. Peluang tersebut dikembangkan dengan sistem agroindustri di lokasi budidaya sirsak dan di situlah dibuka pabrik yang mengolah sirsak menjadi hasil akhir yang siap dijual.
Di Indonesia, pengembangan perkebunan sirsak dirintis oleh PTP XXIII Randu Agung, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada tahun 1991/1992. Hasil panen sirsak diserap oleh pabrik jus sirsak, seperti misalnya Ultra Jaya dan ABC. Produksi jus sirsak berpeluang besar dijadikan komoditas ekspor ke pasar Internasional. Negara pengimpor jus sirsak di antaranya adalah Amerika Serikat, Eropa Barat, Timur Tengah, dan Jepang (Rukmana dan Yuyun, 2001).
Prinsip utama yang harus dipegang dalam usaha agribisnis adalah harus berorientasi pasar. Di Indonesia daya dukung agribisnis dan agroindustri amat memungkinkan dengan tersedianya potensi sumber daya pertanian yang memadai, baik sumber daya lahan maupun sumber daya manusia.
D. Kesimpulan
            Kebutuhan konsumen terhadap buah semakin meningkat tiap tahun. Jika budidaya sirsak yang dikelola dengan sistem agribisnis dan agroindustri yang baik maka akan berpeluang bisnis yang sangat besar.
Daftar Pustaka
Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Radi, Juhaeni. 1998. Sirsak, Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisus.
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih. 2001. Usaha Tani Sirsak. Yogyakarta:
            Kanisus.