POTENSI
BISNIS BUDIDAYA SIRSAK
Oleh
:
VITA
PURWANING HAPSARI
11/318120/PN/12431
JURUSAN
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
A.
Latar Belakang
Permintaan
konsumen terhadap buah di dalam negeri maupun di luar negeri cenderung
meningkat karena kesadaran mereka akan nilai gizi dari buah – buahan. Peluang
ini menunjukkan bahwa potensi agribisnis dan agroindustri buah – buahan cukup
cerah. Salah satunya peluang bisnis ada di buah sirsak. Sirsak sudah lama dikenal
dan ditanam oleh masyarakat Indonesia. Mereka menanam sirsak campuran dengan
tanaman jenis lain di pekarangan atau di lahan tegalan,
Di
Malaysia, Thailand, dan Australia, buah sirsak dibudidayakan secara komersial
berorientasi agribisnis. Sirsak di Indonesia juga bisa mempunyai peluang bisnis
yang sama dengan negara – negara asing apabila dikelola dengan baik dengan
sistem budidaya berpola agribisnis dan agroindustri.
B.
Permasalahan
Penanaman sirsak di Indonesia tanpa
pemeliharaan yang cukup. Oleh sebab itu, buah sirsak yang dihasilkan
kualitasnya kurang baik, sehingga kurang menarik minat konsumen di dalam negeri
maupun luar negeri. Dalam budidaya sirsak juga ada faktor penghambat kualitas
produksi buah sirsak. Salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Penanganan terhadap serangan ini harus serius agar sistem
budidaya berpola agribisnis dan agroindistri buah sirsak berjalan baik. Sirsak
yang dihasilkan juga bisa memenuhi permintaan pasar, yaitu bermutu tinggi dan
ukuran seragam,
C.
Isi
1. Pengenalan
Tanaman Sirsak
Sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh
dan berbuah sepanjang tahun apabila air dalam tanah mencukupi pertumbuhannya.
Tanaman sirsak berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropis, terutama
kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman sirsak mulai ada di kawasan
Benua Asia, di antaranya Malaysia,
Thailand, dan Indonesia sejak awal abad XIX (Radi, 1998).
Buah
sirsak berukuran relatif besar dan
berbentuk jantung, bundar, atau lonjong dengan kulit memiliki duri sisik halus.
Sirsak berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu
buah. Apabila telah tua buah berwarna putih, lembek dan berserat dengan banyak
biji berwarna cokelat kehitaman.
Buah
sirsak mengandung banyak serat dan vitamin. Tiap butir sirsak mengandung 67,5%
daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit buah, 8,5% biji, dan 4% hati atau
empulur. Selain mengandung vitamin A, B, dan C, kandungan lainnya adalah
sukrosa, dextrosa, dan levulosa (Radi, 1998).
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan sirsak diantaranya, udara, kelembapan, dan sinar
matahari. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik dari dataran
rendah sampai dataran tinggi mencapai 1.000 m dari permukaan laut. Adapun jenis
tanah yang bagus untuk pertumbuhan sirsak agar hasilnya optimal, diantaranya
jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Aluvial, Andosol, dan
Grumosol (Radi, 1998).
2. Hama
dan Penyakit Tanaman Sirsak
Serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penghambat
peningkatan kualitas buah sirsak. Hama yang sering menyerang tanaman sirsak
diantaranya, Lalat Buah (Bactrocera
dossalis), Ulat Penggerek Buah, Ulat Atlas, Ulat Penggerek Batang, Teritip
(Aspidiotus destrustor), Kokaya (Dysmicoccus
brevipes), Rayap, Kutu Sisik Putih, dan hama lain. Semut, Kelelawar, dan
Tupai juga menjadi faktor penghambat (Pracaya, 1993).
Penyakit
yang sering menyerang tanaman sirsak adalah mati cabang dan ranting,
antraknose, bercak daun, jamur upas, buah busuk, hawar benang, karat daun,
busuk akar, dan embun jelaga (Pracaya, 1993).
3. Pengolahan
Buah Sirsak
Buah
Sirsak selain dalam bentuk buah segar, dapat dimanfaatkan menjadi bahan olahan
lain yang memiliki nilai tambah lebih besar. Jenis hasil olahan sirsak antara
lain dodol sirsak, selai sirsak, sirup sirsak, manisan sirsak, anggur sirsak,
dan bisa juga untuk obat – obatan (Rukmana dan Yuyun, 2001).
4. Prospek
Agribisnis Sirsak
Tiap
tahun permintaan buah terus meningkat
karena FAO merekomendasikan konsumsi buah ideal per kapita sebanyak 60kg (Radi,
1998). Prospek sirsak saat ini cukup baik untuk pasaran lokal dan
Internasional. Sirsak tidak hanya menjadi makanan segar, namun telah diolah
menjadi bahan industri yang memiliki nilai tambah. Peluang tersebut dikembangkan
dengan sistem agroindustri di lokasi budidaya sirsak dan di situlah dibuka
pabrik yang mengolah sirsak menjadi hasil akhir yang siap dijual.
Di
Indonesia, pengembangan perkebunan sirsak dirintis oleh PTP XXIII Randu Agung,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada tahun 1991/1992. Hasil panen sirsak
diserap oleh pabrik jus sirsak, seperti misalnya Ultra Jaya dan ABC. Produksi
jus sirsak berpeluang besar dijadikan komoditas ekspor ke pasar Internasional.
Negara pengimpor jus sirsak di antaranya adalah Amerika Serikat, Eropa Barat,
Timur Tengah, dan Jepang (Rukmana dan Yuyun, 2001).
Prinsip
utama yang harus dipegang dalam usaha agribisnis adalah harus berorientasi
pasar. Di Indonesia daya dukung agribisnis dan agroindustri amat memungkinkan
dengan tersedianya potensi sumber daya pertanian yang memadai, baik sumber daya
lahan maupun sumber daya manusia.
D.
Kesimpulan
Kebutuhan konsumen terhadap buah
semakin meningkat tiap tahun. Jika budidaya sirsak yang dikelola dengan sistem
agribisnis dan agroindustri yang baik maka akan berpeluang bisnis yang sangat
besar.
Daftar
Pustaka
Pracaya.
1993. Hama dan Penyakit Tanaman.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Radi,
Juhaeni. 1998. Sirsak, Budidaya dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisus.
Rukmana,
Rahmat dan Yuyun Yuniarsih. 2001. Usaha
Tani Sirsak. Yogyakarta:
Kanisus.